1. Singkong (Manihot Utilissima)
Kita semua pasti mengenal tanaman ini, umbinya kaya akan kandungan karbohidrat dan daunnya tinggi vitamin A, kondisi ini menjadikan singkong sangat potensial sebagai alternatif lain sumber kalori bagi tubuh. Tetapi siapa sangka, varietas singkong jenis Sao Pedro Petro, baik pada umbi maupun daunnya mengandung glikosida cayanogenik. Zat ini dapat menghasilkan asam sianida (HCN) atau senyawa asam biru yang bersifat sangat toksik (beracun). Umbi dan daun singkong yang mengandung racun biasanya ditandai dengan berasa pahit dan baunya langu. Perebusan dan perendaman dalam air mengalir dapat mengurangi kandungan racun yang terkandung karena, sifat dari asam sianida larut di dalam air.
2. Jengkol (Pithecolobium Lobatum) dan petai Cina
Sejenis biji-bijian yang enak di olah sebagai semur, botok maupun di makan mentah sebagai lalap. Anda yang hobi mengkonsumsi jengkol atau petai cina, sebaiknya berhati-hati dan jangan mengkonsumsinya dalam keadaan mentah. Mengingat di dalam biji jengkol terkandung asam jengkolat (Jencolid Acid). Asam Jengkolat dapat menyebabkan keracunan yang di tandai dengan mual dan susah buang air kecil, karena tersumbatnya saluran kencing. Racun jengkol dapat dikurangi dengan cara perebusan, perendaman dengan air, atau membuang mata lembaganya karena kandungan racun terbesar ada pada bagian ini. Kebiasaan masyarakat Sunda mengkonsumsi jengkol sepi, yaitu jengkol yang telah dipendam dalam tanah selama dua atau tiga hari sangat baik karena, dapat mengurangi racun dan meningkatkan cita rasa dari jengkol. Lain halnya dengan petai cina (leucaena Glauca). Bahan pangan ini mengandung mimosin, yaitu sejenis racun yang dapat menjadikan rambut rontok karena retrogresisi di dalam sel-sel partikel rambut.
3. Kentang (Solanum Tuberosum L)
Di dalam kentang terkandung alkoloid (solanin) yang dapat menimbulkan keracunan. Racun ini sebagian besar terdapat pada bagian dekat kulit. Solanin akan semakin banyak jumlahnya jika kulit kentang sudah berwarna hijau dan bertunas karena di simpan dalam jangka waktu lama. Untuk menghindari keracunan, sebaiknya mengupas kentang sedikit tebal dan merendamnya dalam larutan air yang telah dicampur dengan garam.
4. Kopi (Caffea Arabica) dan Teh (camelia Sinensis)
Kopi dan teh mengandung kefein yaitu senyawa yang pahit rasanya. Kafein ini bersifat diuretik, merangsang pengeluaran kelenjar urin, merangsang kerja otak dan aktifitas jantung. Jika konsumsi tidak berlebihan, kafein memberikan konstribusi yang positif, seperti badan terasa lebih segar dan menghilangkan rasa ngantuk. Jika melebihi ambang batas, konsumsi teh dan kopi akan berakibat sukar tidur, jantung berdebar-debar dan bayi lahir cacat jika dikonsumsi oleh ibu hamil.
5. Kacang-Kacangan dan Hasil Olahannya
Sejak di tanam kacang tanah sudah terkontaminasi oleh sejenis kapang yang bernama Aspergillus Flavus. Kapang ini akan memproduksi racun yang dikenal dengan Alfatoksin, dan berdasarkan hasil penelitian, alfatoksin dapat menjadi pemicu terbentuknya tumor pada hewan percobaan. Hasil olah kacang-kacangan yang perlu diwaspadai adalah tempe, terutama tempe bongkrek. Fermentasi yang gagal dan hygiene yang buruk dalam proses pembuatan tempe dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri. Pseudomonas cocovenans adalah salah satunya. Bakteri ini akan menghasilkan toxoflavin, senyawa yang sangat beracun dan dapat mengakibatkan kematian. Hindarilah konsumsi kacang-kacangan dan hasil olah yang sudah rusak dan beraroma menyimpang (tengik). Untuk produk yang dikalengkan perhatikan tanggal kedaluarsa dan keutuhan kemasan.
6. Susu Segar
Susu, terutama susu segar mudah sekali mengalami kerusakan. Bakteri staphylococcus Aureus salah satu jasad srenik yang menyukai susu sebagai media hidupnya. Keracunan bakteri ini biasanya ditandai dengan gangguan sistem pencernaan seperti, mual, muntah dan diare. Pencegahan bisa dilakukan dengan perebusan susu segar selama 10 menit pada suhu 66oC, pada suhu ini biasanya bakteri akan mati. Biasakan memanaskan susu segar sebelum dikonsumsi dan jangan membiarkan susu segar pada suhu ruang.
7. Ikan dan Udang
Keracunan ikan, udang, kerang dan hasil laut biasanya karena telah terkontaminasi zat-zat kimia beracun. Pencemaran merkuri, timah dan logam-logam berat lainnya, seringkali terkandung dalam produk seafood. Meningkatnya pencemaran laut dan menurunnya kualitas air sebagai medium hidup mereka adalah salah satu penyebabnya. Frozen seafood atau hasil laut yang sudah dibekukan lama juga media yang baik untuk berkembangnya Vibrio parahaemolyticus, sejenis bakteri yang sangat beracun. Pilih sea food dalam kondisi sesegar mungkin agar terhindar dari bahaya keracunan.
8. Daging dan Hasil Olah Dalam Kemasan
Di dalam daging mentah terkadang ditumbuhi bakteri Clostrridium Perfringens. Bakteri ini biasanya tumbuh karena kontaminasi yang disebabkan buruknya sanitasi dan hygiene lingkungan. Gejala keracunan biasanya akan tampak setelah 10-12 jam setelah mengkonsumsi makanan yang tercemar. Gejala yang timbul, mual, muntah, nyeri perut dan diare. Hasil olah daging, terutama produk yang dikemas dalam kaleng/plastik juga perlu diwaspadai. Sosis, ham dan kornet merupakan media yang baik untuk pertumbuhan Clostridium Batulinum. Bakteri ini suka berkembang biak pada bahan makanan sumber protein, tahan panas dan menyukai tempat yang anaerob (hampa udara), makanan di dalam kemasan adalah tempat favoritnya. Berhati-hatilah dengan daging dan produk olahan daging yang lain, karena satu mikrogram Botulinin sudah cukup untuk membunuh manusia. Untuk menghindari keracunan, jangan mengkonsumsi daging dan hasil olah yang sudah menyimpang, baik tekstur, aroma dan rasanya.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan
Jika terjadi keracunan makanan, maka pertolongan
pertama yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a). Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
b). Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setiap jamnya.
c). Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi
alternatif jika norit tidak tersedia.
d). Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukkan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
e). Apabila penderita dalam keadaan pingsan, bawa segera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Memang bahaya keracunan makanan dapat menimpa siapa saja, baik racun alami, kontaminasi mikroba, pencemaran logam berat dan juga residu pestisida. Untuk itu kecermatan kita di dalam memilih, mengolah dan mengkonsumsi makanan perlu di perhatikan, terutama bahan pangan yang memungkinkan terdapat racun di dalamnya. Tentunya agar kasus keracunan yang pernah
terjadi tidak terulang lagi.
Sumber: Forum Kaskus
Categories
- fakta (1)
Blog Archive
Saturday, December 29, 2007
9 Bahan Pangan yang Perlu Diwaspadai
Posted by Adi Afifa Kurnia at 3:46 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment