Monday, May 26, 2008

Perut kembung Ganggu Lambung

Perut kembung seringkali diartikan sebagai bagian dari sakit maag. Tetapi keluhan perut kembung bukan selalu berarti sakit maag. Gejala mual, muntah, kembung, nyeri perut dan nafu makan menurun bisa disebabkan karena terjadinya gangguan pencernaan. Gangguan pencernaan bisa terjadi pada pencernaan atas atau pencernaan bawah.

Hal ini diungkapkan oleh Dr. H Ari Fahrial Syam SpPDKGEH, MMB, staf Gastroenterology, Fakultas kedokteran UI, in a seminar "The Important of enzyme role in gastrointernal system."

Kesalahan meminum obat mengakibatkan penyakit yang diderita tidak sembuh karena obatnya tidak tepat. Bahkan kesalahan ini akan mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal. Juga bisa menyebabkan penyakit-penyakit lainnya seperti usus buntu, radang kandung kencing, dan lain-lain.

Penyebab perut kembung bisa berbeda bagi tiap-tiap orang. Menurut dr Ari, apabila orang memakan roti dan kemudian mengalami perut kembung dan buang air encer, itu bisa terjadi karena mungkin ia tidak memiliki enzim untuk mencerna makanan jenis tersebut. Perut kembung bisa juga disebabkan oleh stress psikis.

Mual dan muntah sehabis makan bisa disebabkan juga karena adanya gas yang berlebihan di dalam lambung. Usia dari penderita tidak bisa ditentukan, artinya semua umur ada kemungkinan mengalami hal ini. Semuanya tergantung dengan makanan dan minuman yang dikonsumsinya.

Walaupun usia tidak menentukan, tetapi biasanya, umur 40 - 60 tahun agak rentan terhadap kondisi ini karena persediaan enzimnya yang sudah mulai berkurang. Sedangkan faktor fisik seseorang tidak mempunyai pengaruh apa-apa.

Enzim adalah protein yang dibutuhkan tubuh untuk memecah makanan sehingga menjadi bagian yang lebih mudah diserap dinding dalam usus. Proses pencernaan membutuhkan enzim sebagai alat bantu. Tanpa enzim, makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak akan tercerna dengan lancar.

Enzim bertanggung jawab menjaga kesehatan dan proses metabolisme dalam tubuh. Kekurangan enzim dapat menyebabkan tubuh mengalami gangguan pencernaan (maladigesti), yang selanjutnya menyebabkan gangguan penyerapan (malabsorbsi).

Kekurangan enzim atau gangguan pada enzim biasanya disebabkan karena faktor genetik, gangguan pankreas, dan usia. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah malabsorsi akibat kekurangan enzim adalah mengkonsumsi suplemen enzim.

Gangguan enzim yang kronis dapat menyebabkan penderita mengalami malgizi (kurang gizi). Penderita yang mengalami malgizi berat badangnya akan berkurang.

Bagaimana cara memperoleh enzim? Enzim bisa didapat kembali dengan cara mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.

Maria Margaretha, Brand manager Enzyplek mengatakan untuk mengatasi kekurangan enzim, masyarakat bisa memperoleh suplemen enzim yang memiliki komposisi tepat.
(Inggrid Namirazswara)

Tuesday, May 6, 2008

Lupakan Tidur Delapan Jam Sehari


Demikian kesimpulan sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat. Alasannya pun sangat kontroversial, orang yang tidur delapan jam sehari atau lebih cenderung meninggal lebih cepat. Tentu saja ini menggugat dogma lama bahwa orang dewasa sebaiknya tidur delapan jam sehari.

Pendapat ini bisa jadi benar. Perlu Anda tahu, orang–orang hebat macam Bung Karno, Mahatma Gandhi, Nehru, Margaret Thatcher umumnya tidur hanya dua sampai tiga jam sehari dan terbukti tidak mengalami gangguan kesehatan berarti, bahkan tetap produktif.

Sebaliknya di dunia ini juga ada sekelompok orang yang tidur 8-12 jam dalam sehari dan kalau Anda termasuk diantaranya, berarti Anda dapat digolongkan sebagai manusia dengan tipe penidur. Manusia penidur biasanya kurang aktif bersaing, kurang ambisi, dan cepat menerima apa adanya.

Hidup memang bukan hanya tidur. Juga hidup bukan untuk tidur. Tapi jangan lantas dianggap tidur itu tidak penting. Orang yang sehat justru harus tidur dengan nyaman, sehingga ketika bangun, badannya segar kembali dan bisa melakukan aktivitas dengan baik. Terutama bagi pekerja keras seperti para eksekutif atau profesional, mereka yang selalu mendambakan produktivitas tinggi dan prestasi kerja.

Kalau kemudian jam tidur yang normal bervariasi dari dua jam sampai 12 jam sehari, pertanyaannya lantas berapa jam tidur yang paling ideal? Kembali merujuk pada penelitian di Amerika tadi yang dilakukan selama enam tahun dan melibatkan lebih dari satu juta manusia, disimpulkan bahwa tidur tujuh jam perhari adalah yang terbaik.

Tidur Enam Jam, Lima Jam, Tidak Masalah
"Tidur enam jam sehari tidaklah buruk," ujar Prof Daniel f. Kripke, MD, pimpinan riset soal jam tidur ini dan psikiatri di University of California, San Diego kepada WebMD. Orang Amerika, katanya, tidur rata-rata enam setengah jam sehari. "Anda tidak harus tidur delapan jam sehari dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan apabila Anda tidur kurang dari itu," tegasnya.

Namun, Donald L Bliwise, seorang pakar tidur dari Atlanta’s Emory University mengingatkan bahwa tidak baik pula bagi kesehatan Anda apabila terus menerus tidur dalam jumlah sedikit dalam waktu yang cukup lama.

Risiko Kematian
Krike dan kawan-kawan menganalisa hasil penelitian dari American Cancer Society yang diadakan antara tahun 1982-1988. Studi ini mengumpulkan informasi tentang kebiasaan tidur dan kesehatan manusia yang diamati selama enam tahun. Orang yang dijadikan obyek penelitian rata-rata berusia 30 –102 tahun.

Orang yang tidur delapan jam sehari, selama penelitian tersebut, memiliki risiko 12 persen meninggal lebih cepat. Risiko meningkat menjadi 17 persen pada orang-orang yang tidur tujuh jam sehari. Sementara risiko lebih besar , 34 persen terjadi pada orang-orang yang tidur sepuluh jam sehari. "Risiko kematian pada orang yang tidur sepuluh jam sehari, sama dengan risiko kematian pada orang kegemukan," kata Kripke.

Lantas bagaimana dengan orang-orang yang kurang tidur? Risiko kematian lebih awal sebenarnya terjadi pula pada mereka yang kurang tidur, namun prosentasenya lebih kecil. Risiko kematian lebih cepat tercatat sebesar 8 persen pada orang-orang yang tidur enam jam sehari. Jumlahnya meningkat menjadi 11 persen terhadap orang yang tidur lima jam sehari. Sedangkan risiko kematian sebesar 17 persen disandang orang-orang yang tidur hanya empat jam sehari.

Mengapa Tidak Baik Tidur Lebih Lama?
Kebanyakan tidur sama halnya dengan kebanyakan makan, kata Jim Horne, PhD, dari Loughborough University, Inggris, yang juga melakukan penelitian yang berkaitan soal tidur ini. Ia bilang, "Sama seperti kalau Anda makan lebih dari yang dibutuhkan dan minum lebih dari yang diperlukan tubuh, atau minum bir, dan memakan makanan yang tidak kita butuhkan. Begitulah, selama ini mungkin Anda tidur lebih dari yang Anda butuhkan, " katanya.

Perlu Anda simak pula peristiwa yang terjadi di Perancis beberapa waktu lalu, yang menunjukkan bahwa terlalu banyak tiduran atau berada di ranjang terlalu lama tidaklah sehat. Delapan mahasiswa Perancis yang bermalas-malasan di ranjang selama enam pekan dengan letak kepala lebih rendah daripada kaki mereka, kekebalan tubuhnya melawan virus dan tumor ternyata menurun antara 40-50 persen dalam dua minggu pertama.

Orang Indonesia Tidur Lebih Lama
Bagaimana di Indonesia? Dalam penelitian psikiater Dr Yul Iskandar, orang Indonesia tidur rata-rata pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 keesokkan harinya. Lebih parah lagi dalam penelitian terhadap kelompok anak-anak muda di Denpasar beberapa waktu lalu, menunjukkan 30-40 persen aktivitas mereka untuk tidur. Seharusnya, kalau mau produktif dan bekerja lebih banyak, orang Indonesia perlu mempersingkat jam tidurnya.
(Kompas)

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template